Survei Litbang Kompas: Elektabilitas Ahok- Djarot Jauh Tertinggal Dengan Pasangan Agus -Silvy

Alat peraga kampanye umbul-umbul ketiga pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta dipasang di Jalan Saharjo, Setiabudi, Jakarta Selatan. Foto diambil Kamis (24/11/2016).

Whishienadaily
- Litbang Kompas pada Desember ini melakukan survei untuk melihat preferensi publik dalam PilkadaDKI Jakarta 2017.
Hasilnya menunjukkan elektabilitas pasangan Agus HarimurtiYudhoyono-Sylviana Murni tercatat paling tinggi, yakni 37,1 persen. Posisi itu dibayangi ketat oleh pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat yang mendapat 33 persen responden. Di posisi ketiga pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dengan potensi keterpilihan 19,5 persen.

Responden yang belum menentukan pilihan tercatat sebesar 10,4 persen.

Litbang Kompas menyebutkan, tingkat elektabilitas ketiga pasangan calon belum pada posisi dominan menguasai separuh potensi suara pemilih. Dengan memasukkan angka margin errorplus minus 3,46 persen, potensi elektabilitas Agus-Sylvi masih beririsan dengan potensi elektabilitas Ahok-Djarot.

Rentang irisan potensi elektabilitas kedua pasangan calon itu ada di angka 33,64 persen sampai dengan 36,46 persen. Itu artinya, kedua pasangan calon masih berpeluang memperoleh suara dalam rentang irisan angka elektabilitas tersebut.

Pasangan petahana Ahok-Djarot kurang mendominasi angka elektabilitas meski memiliki tingkat popularitas tinggi dan catatan tentang kinerja yang positif. Kondisi itu boleh jadi tidak lepas dari tingkat resistensi yang relatif tinggi pada pasangan itu dibandingkan dengan dua pasang penantangnya.

Survei Litbang Kompas itu merekam, sebanyak 51,5 persen responden mengaku tidak akan memilih pasangan petahana lagi. Faktor gaya komunikasi dan kasus hukum yang menjerat Ahok menjadi alasan dominan.

Tingkat resistensi yang sama tercatat juga pada pasangan Agus-Sylvi dan Anies-Sandi. Penolakan terhadap dua pasangan ini lebih karena belum berpengalaman memimpin sebuah organisasi pemerintahan daerah.

Sebaliknya, pengalaman dan rekam jejak kinerjalah yang menjadi nilai positif bagi pasangan Ahok-Djarot. Hasil survei merekam separuh lebih responden yang akan memilih pasangan petahana itu didorong oleh kinerja Ahok-Djarot yang sudah terbukti.

Secara umum, soal kinerja ini diakui 67,6 persen responden yang menyatakan Ahok relatif berhasil memimpin Jakarta.

Pemilih loyal

Dari sisi karakter pemilih, pemilih pasangan Ahok-Djarot paling loyal dibandingkan dengan pemilih dua pasangan lainnya. Loyalitas di sini dimaknai sebagai pemilih yang sudah mantap dengan pilihannya dan tak akan mengubah pilihannya.

Survei itu mencatat 61,7 persen pemilih pasangan Ahok-Djarotmenyatakan tidak akan mengubah pilihannya. Angka itu relatif paling tinggi dibandingkan dengan loyalitas pemilih dari dua pasangan calon lainnya.

Pemilih loyal Agus-Sylvi sebanyak 55,9 persen, sementara pemilih loyal Anies-Sandi ada 54,5 persen.

Sebaliknya, responden yang menyatakan masih mungkin berubah pilihan paling tinggi ada di pemilih pasangan Anies-Sandi, yakni 26,3 persen, kemudian pemilih Agus-Sylvi 21,9 persen, dan Ahok-Djarot 16,7 persen.

Potret lain soal loyalitas pemilih juga terlihat dari tindakan pemilih untuk pasangan calon pilihannya. Pemilih pasangan Ahok-Djarotrelatif lebih aktif bertindak untuk melakukan hal yang positif bagi pasangan calon pilihannya.

Sebanyak 58,7 persen responden pemilih pasangan petahana akan mengatakan hal-hal positif tentang Ahok-Djarot. Porsi pemilih seperti itu juga banyak dijumpai pada pemilih Agus-Sylvimeskipun angkanya lebih rendah dari pemilih pasangan petahana.

Menurut catatan Litbang Kompas, loyalitas pemilih inilah yang sebenarnya menentukan potensi suara yang akan diraih pasangan calon. Di tengah persaingan yang ketat,  mengamankan pemilih loyal menjadi langkah strategis untuk memastikan perolehan suara.

Namun mengandalkan pemilih loyal saja tidak cukup. Dalam Pilkada DKI, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang memperoleh suara lebih dari 50 persenlah ditetapkan sebagai pasangan gubernur dan wakil gubernur terpilih.

Survei Litbang Kompas itu diselenggarakan pada 7-15 Desember 2016. Survei dilakukan secara tatap muka terhadap 800 responden secara acak yang tersebar di enam kota/kabupaten di Jakarta. Jumlah responden di setiap wilayah ditetapkan secara proporsional.

Survei dilakukan menggunakan metode pencuplikan sistematis dari daftar pemilih sementara (DPS) DKI Jakarta. Tingkat kepercayaan survei ini 95 persen dengan margin error plus minus 3,46 persen.

Meski demikian, kesalahan di luar pencuplikan dimungkinkan terjadi.

Laporan lengkap terkait hasil survei pre-election oleh Litbang Kompas ini secara lengkap bisa dibaca di harian Kompas terbitan Rabu (21/12/2016). Anda bisa mengikuti ulasan Litbang Kompas yang akan menurunkan empat tulisan mendalam secara berturut-turut di harian Kompas mulai Rabu hari ini.

Selain melalui koran cetak, Anda bisa mengakses harian Kompasversi e-paper melalui aplikasi di telepon seluler Anda atau melalui website epaper.kompas.com jika dari desktop. Bagi Anda yang belum berlangganan harian Kompas, klik di sini untuk berlangganan. 

Anda bisa menemukan versi cetak lebih lengkap di Harian Kompasedisi 21 Desember 2016, di halaman 1 dengan judul "Pemilih Loyal Menjadi Kunci".

sumber : kompas.com
Bagikan ke orang lain!!

0 Response to "Survei Litbang Kompas: Elektabilitas Ahok- Djarot Jauh Tertinggal Dengan Pasangan Agus -Silvy"

Post a Comment