ilustrasi |
Whishienadaily – Belasan kapal motor tenggelam
tadi malam di perairan Danau Toba. Sejauh ini belum diketahui berapa
korban yang hilang atau tewas. Tim SAR dibantu masyarakat sampai pagi
ini masih melakukan pencarian para korban. Sementara Tim SAR Nasional
dari Jakarta tengah malam tadi telah diberangkat dengan pesawat Hercules
lengkap dengan peralatan modren dan canggih.
Seperti
dilaporkan Aljazear TV yang berpusat di Uni Emirat Arab, tragedi itu
terjadi menyusul bergeraknya seekor naga raksasa yang sejak lepas tengah
hari kemarin terlihat di perairan Danau Toba.
Gerakan naga
yang tenang dan kalem itu tak urung membuat perairan Danau Toba guncang
dan menumpahkan air ke bagian daratan Samosir dan sebahagian Sumatera.
Tapi menurut Badan Metrologi dan Geofisika, tumpahan air danau terbesar
di tanah air itu tidak berpotensi tsunami.
“Masyarakat sekitar Danau Toba tidak perlu kuatir dan tidak perlu melakukan pengungsian”, kata Pratikno Supriyanto Kepala BMG (Badan Metrologi dan Geofisika) Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) pagi ini di Desa Sakkal, Kecamatan Simanindo.
Seperti
diberitakan kemarin, anak negeri sekitar pinggiran Danau Toba
menyaksikan seekor ular naga raksasa berenang tenang di perairan Danau
Toba. Para tetua desa mengatakan, naga raksasa itu berusia ribuan tahun,
jenis kelamin jantan. Warnanya hijau kekuningan, dengan panjang lebih
dari setengah panjangnya Danau Toba, dan lebarnya lebih dari seperempat
danau terbesar di tanah air itu.
“Ekornya tampak jelas di sekitar perairan Tomok, sedang kepala atau mulutnya terlihat di perairan sekitar Tano Ponggol Kecamatan Pangururan”, kata Amani Padot Simbolon, seorang warga Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan.
Menurut
laporan pandangan mata masyarakat sekitar DTA (Daerah Tangkapan Air)
Danau Toba naga raksasa itu muncul di permukaan Danau Toba sejak siang
kemarin. Ini merupakan peristiwa kedua dalam empat belas ribu tahun
terakhir. Menurut cerita yang sudah mentradisi di tengah masyarakat
Tepian Danau Toba, munculnya naga raksasa ini biasanya karena ada
sesuatu yang tidak beres yang dilakukan penduduk sekitarnya.
Reporter
Aljazear TV William de Fretes serta Christina Palupssy yang mengumpulkan
berbagai informasi dari penduduk setempat menyebut-nyebut, naga raksasa
itu sejak ribuan tahun lalu bermukim di dasar perairan Danau Toba
dengan tenang tanpa bergerak.
Tubuhnya
ditumbuhi lumut bahkan pohon-pohon berdaun lebar khas Danau Toba. Di
sekitar naga raksasa itu kabarnya ada gunung berapi yang diperkirakan
masih aktif. Para akhli geologi dan biografi memperkirakan, saat meletus
gunung ini akan menghancurkan dan menenggelamkan seluruh Benua Asia dan
Australia serta sebahagian Afrika.
Menyusul
munculnya naga raksasa itu sejak kemarin, sebenarnya pemerintah setempat
sudah mengeluarkan peringatan. Anak negeri dilarang untuk melakukan
pelayaran di seluruh perairan Danau Toba. Ini disebabkan kalau bergerak,
naga raksasa itu akan mengguncang seluruh permukaan Danau Toba. Akibat
guncangannya yang sangat dahsyat, bisa menenggelamkan kapal-kapal yang
tengah berlayar.
Sejauh ini
selain Tim SAR Nasional, pemerintah juga lewat tengah malam tadi sudah
mengirimkan TiM SAR dari Belawan dan Tanjung Balai. Tapi malangnya,
kedua Tim SAR itu tidak pernah sampai ke lokasi kejadian untuk
memberikan pertolongan.
Iringan-iringan
Tim SAR dari Belawan, mengalami kecelakaan di dekat Simpang Serbelawan.
Sebuah truk gandeng menghantam kendaraan mereka dari arah belakangan
membuat kendaraan Tim SAR ini ringsek bahkan hancur berkeping. Semua
awak Tim SAR tewas dalam peristiwa itu.
Tim SAR dari
Tanjung Balai justru terbalik-balik di sekitar Nagori Bukit Maraja,
persis di depan simpang Kompleks Pelacuran Bukit Maraja. Beberapa saksi
mata menyebut, bus Tim SAR itu pecah tujuh dan segera terbakar. Api
segera berkobar dan masyarakat sekitarnya mencoba memadamkan si jago
merah itu.
Masih
menurut laporan Aljazaer TV, saat ini beberapa jenazah terlihat
mengapung di perairan Danau Toba. Angin yang berhembus kencang membuat
jenazah yang terapung menyebar mulai dari Sitamiang, Onanrunggu, Palipi,
Mogang, Sihusapi sampai ke Rianiate. Juga terlihat ratusan jenazah
terapung dipermainkan ombak di sekitar perairan Sialanguan, Simarmata,
Simanindo dan di sekitar Tuktuk Siadong yang dulunya bernama Tuktuk
Siasu. Bahkan di sekitar perairan Lontung, hingga Sigapiton di
seberangnya terlihat jenazah bergelimpangan mengapung.
Cuaca yang
ekstrim membuat masyarakat setempat enggan untuk mengevakuasi para
korban. Peralatan yang dimiliki Tim SAR dari Parapat dan Balige, sangat
tidak memadai untuk digunakan. Ikan-ikan raksasa yang banyak berada pada
dasar perairan Danau Toba mulai bermunculan untuk memangsa jenazah yang
bergelimpangan, berserak dan menyebar itu. Menurut para akhli biologi,
ikan-ikan raksasa itu merupakan khas Danau Toba yang tidak ditemui di
perairan mana pun di muka bumi ini.
“Guncangan yang diakibatkan pergerakan tubuh naga raksasa itu, tidak berpotensi tsunami”, jelas Sutikno Suprayitno, Kepala BMG Sumatera Bagian Utara. Karena itu, warga setempat dimintanya agar tenang dan kalem saja.“Silahkan lakukan kegiatan keseharian. Bercocok tanam sambil memelihara kelestarian Danau Toba”, katanya.(dac/dbt/se)
Bagikan ke orang lain!!
0 Response to "Naga Raksasa di Danau Toba Menelan Korban Jiwa"
Post a Comment